Kehidupan di dunia ini akan berakhir. Tidak ada yang abadi di bumi ini. Cepat atau lambat diantara kita akan pergi meninggalkan dunia yang hanya sementara.
Sudahkah setiap detik di dunia ini kita gunakan dengan
semestinya? Atau kita hanya menggunakannya dengan sia-sia? Waktu di dunia ini
adalah nikmat yang luar biasa.
Allah ingin agar hamba-Nya dapat memanfaatkan sisa waktu
yang diberikan untuk mengabdi kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)Ayat ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan hanya untuk beribadah dan menyembah kepada Allah semata (tauhid). Tauhid (mengesakan Allah) adalah bentuk ibadah yang paling agung. Karena hanya Allah-lah yang pantas disembah oleh seluruh ciptaan-Nya.
Setiap muslim sangat penting untuk mempelajari makna tauhid
yang benar agar tidak terjerumus dalam perbuatan syirik. Kita harus mengetahui
nama-nama Allah, sifat-sifat Allah dan hak-hak Allah.
Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan,
“Tujuan yang terpuji yang jika setiap insan merealisasikannya bisa menggapai kesempurnaan, kebahagiaan hidup, dan keselamatan adalah dengan mengenal, mencintai, dan beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada-Nya. Inilah hakekat dari perkataan seorang hamba “Laa ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah)”. Dengan kalimat inilah para Rasul diutus dan semua kitab diturunkan. Suatu jiwa tidaklah menjadi baik, suci dan sempurna melainkan dengan mentauhidkan Allah semata.” (Miftaah Daaris Sa’aadah, 2/120)
Dengan mempelajari tauhid yang benar maka kita akan lebih
mengenal Allah. Jika kita mengenal Allah, kita pun dapat mencintai Allah, taat
dan takut kepada-Nya, dan berharap hanya
kepada-Nya, serta mengesakan ibadah hanya kepada-Nya.
Ibadah yang diandasi dengan tauhid yang benar akan membuat
kita beribadah dengan penuh kesungguhan dan kecintaan. Karena cinta yang paling
utama adalah mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Cintailah Allah dan Rasul-Nya melebihi apapun. Mencintai-Nya
dengan tulus dan sepenuh hati adalah syarat dari keimanan seorang hamba.
Lalu bagaimanakah cara kita dapat mencintai Allah dan
Rasul-Nya? Cara mencintai Allah dengan benar adalah dengan mengikuti petunjuk
dari Rasulullah.
Allah Ta’ala berfirman,
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imron:31)
Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Ibnu Katsir menyatakan,
“Ayat ini merupakan pembukti, “Siapa saja yang mengaku mencintai Allah swt, namun ia tidak berjalan sesuai dengan jalan yang telah ditetapkan oleh Nabi Mohammad saw, maka orang tersebut hanya berdusta saja.”
Ayat ini menunjukkan bahwa kita harus mengikuti apapun yang
disampaikan Rasulullah dan menjauhi apa yang dilarangnya dengan sepenuh hati. Dengan
mengikuti Rasulullah, insyaAllah kita dapat menjadi hamba yang mencintai dan
dicintai oleh Allah.
Seseorang yang mencintai Allah dan Rasulullah maka akan
berusaha untuk menerapkan aturan-aturan Allah dalam kehidupan sehari-sehari. Sehingga
hidupnya pun menjadi bahagia dan penuh berkah.
Kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah doa serta impian bagi
setiap muslim. Karena kebahagiaan yang hakiki adalah letaknya ada di akhirat. Akhiratlah
tujuan akhir kita. Maka dari itu jadikanlah cinta kepada Allah sebagai cinta
yang paling utama agar kita kembali menuju surga-Nya.
---Cinta dan Muara Kehidupan---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar