Rabu, 15 November 2017

Aku Tertipu Akan Kesenangan Yang Semu


Hiruk pikuk di dunia ini menyiratkan sejuta makna yang berarti. Dunia dengan segala keindahannya membuat manusia menjadi terlena. Padahal yang dimilikinya saat ini hanyalah sementara.


Kehidupan di dunia ini memang memiliki sejuta keindahan. Tetapi juga tak lepas dari hal yang melenakan. Segalanya yang terlihat indah membuat siapa saja ingin memilikinya.

Keindahan itu mulai dari harta, benda, tahta, jabatan, wanita, dan keturunan. Banyak orang begitu berhasrat ingin memilikinya. Hingga berbagai cara pun dilakukan agar bisa menikmatinya.

Tetapi tahukah bahwa kehidupan di dunia ini merupakan penjara bagi orang yang beriman? 

Sebagaimana sabda Rasulullah, 
“Dunia itu laksana surga bagi orang kafir dan penajra bagi orang mukmin.” (HR. Muslim)
Hal ini karena dunia dipenuhi oleh banyak aturan yang membatasinya. Ada perintah dan larangan, ada halal dan haram, ada ini dan itu.
Sehingga tidak seorang pun bisa untuk mengumbar nafsu semaunya saja. Orang mukmin akan berusaha untuk bersabar dan tidak mudah mengikuti hawa nafsunya itu.

Menurut hadits di atas membuatku memahami bahwa dunia ini hanyalah dipenuhi oleh kesenangan yang menipu. Segala kenikmatan yang diberikan harusnya tidak membuatku terperdaya begitu saja.

Dunia ini memang begitu indah bagiku. Banyak hal yang ingin kudapatkan. Sehingga membuatku melupakan tujuanku yang sebenarnya. Tujuan itu adalah tujuan abadi, yaitu tujuan akhirat.

Begitu berhasratnya diriku ini untuk mendapatkan apa yang ingin kumiliki. Hingga melupakan tujuan yang abadi. Hanya hawa nafsu yang kuturuti sehingga membuatku jadi lupa diri.

Sampai saat ini aku pun masih mengikuti hawa nafsu yang semu. Demi mengerjakan urusan dunia, urusan akhirat pun dilupakan. Sholat lima waktu pun sering kuakhirkan.

Begitu mudahnya urusan ibadah kuremehkan. Urusan wajib hanya setengah-setengah, apalagi untuk mengerjakan yang sunnah. Urusan sedekah pun jarang hingga urusan dzikir pun tak pernah kulantunkan.

Dunia ini memang telah melenakanku. Segala kenikmatan yang Dia beri tak lain hanyalah untuk menguji keimanan seorang hamba. Barangsiapa yang bersabar maka ia tergolong hamba-Nya yang bertaqwa.

Orang mukmin memahami bahwa kenikmatan di dunia ini hanyalah sementara. Maka ia akan memanfaatkan waktunya di dunia ini hanya untuk menggapai kenikmatan di akhirat kelak.

Meskipun sekarang harus merasakan kepahitan karena meninggalkan beberapa perkara yang nampak indah. Mereka tetap berhasrat untuk menikmati kenikmatan abadi di akhirat nanti.

Allah Ta’ala berfirman,
“Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An’am [6]: 32).
Maka sudah seharusnya sebagai seorang muslim kita lebih mementingkan kehidupan akhirat yang abadi dibandingkan kehidupan di dunia yang sementara ini.

Gunakanlah kesempatan di dunia dengan beramal shalih. Lakukanlah segala yang diperintahkan dan menjauhi segala larangannya. Serta manfaatkanlah waktu ini dengan baik.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-‘Ashr [103]: 1-3)
Dari surat tersebut sudah sangat menjelaskan pada kita bahwa hanya keempat golongan itu saja yang tergolong orang yang beruntung di dunia dan akhirat.

Maka dari itu, marilah kita berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan. Serta menggunakan kehidupan ini untuk menggapai kehidupan abadi di akhirat nanti. 

Ilustrasi (sumber: http://wahdah.or.id)

--- Aku Yang Jatuh Cinta Pada Dunia ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar